Minggu, 06 Mei 2012

PERUSAHAAN ASURANSI YANG MEMANIFULASI LAPORAN KEUANGAN

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut. Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 – Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut: “Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian. Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”. Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001 Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak pidana di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa keuangan dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti diketahui, perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga meminta akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) menyajikan kembali (restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah mengoreksi laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut, akhirnya pemegang saham Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan publik. Dampak Terhadap Profesi Akuntan Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para akuntan publik. Dalam kasus ini, jika dipandang dari sisi KAP HTM, maka urutan stakeholder mana ditinjau dari segi kepentingan stakeholder adalah: 1. Klien atau PT Kimia Farma Tbk. 2. Pemegang saham 3. Masyarakat luas Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan dihentikannya jasa audit mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata yang tidak mampu melakukan review menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan, tetapi lebih karena kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi dengan penggelembungan nilai persediaan. Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu tugas audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan ada risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat KAP HTM adalah KAP yang telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi konsekuensi risiko seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya Kantor Akuntan Publik tersebut. Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada kemungkinan dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi laporan keuangan. Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam kasus manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi. Sesuai dengan teori yang telah di paparkan diatas, manajemen risiko yang dapat diterapkan oleh KAP HTM antara lain adalah dengan mengidentifikasi dan menilai risiko etika, serta menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stakeholder. 1. Mengidentifikasi dan menilai risiko etika Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian risiko etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut: A.) Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder HTM HTM selayaknya membuat daftar mengenai siapa dan apa saja para stakeholder yang berkepentingan beserta harapan mereka. Dengan mengetahui siapa saja para stakeholder dan apa kepentingannya serta harapan mereka, maka KAP HTM dapat melakukan penilaian dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para auditor senior dan junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma. B) Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder, dan menilai risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas audit. C) Mengutamakan reputasi KAP HTM Yaitu dengan berpegang pada nilai-nilai hypernorm, seperti kejujuran, kredibilitas, reliabilitas, dan tanggung jawab. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi kerangka kerja dalam melakukan perbandingan. Tiga tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan pimpinan KAP HTM dapat mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara strategis mengambil keuntungan dari kesempatan tersebut. 2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stakeholder KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder yang dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhi harapan para stakeholder HTM. Sanksi dan Denda Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Minggu, 25 Maret 2012

Latar Belakang, pengertian dan contoh kasus IFRS

Latar Belakang

Konvergensi PSAK menuju IFRS merupakan isu hangat yang diperbincangkan baik di lingkungan bisnis maupun akademisi. Proses konvergensi ini akan memberikan dampak tidak hanya di bidang akuntansi saja tetapi juga pada aspek dan business process lainnya. Salah satu aspek yang cukup penting yaitu aspek perpajakan di Indonesia. Hal ini menuntut setiap orang yang terlibat dalam lingkungan tersebut untuk meningkatkan skill dan knowledge-nya. Oleh karena itu, konvergensi IFRS ini sudah menjadi suatu kewajiban untuk dipelajari dan diterapkan dalam lingkungan terkait.

IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).

Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al., 1999 dalam Intan Immanuela, puslit2.petra.ac.id)
Pelaporan Keuangan

Overview Roadmap Konvergensi
PSAK 1 : Penyajian Laporan Keuangan
PSAK 2 : Laporan Arus Kas
PSAK 5 : Segmen Operasi
PSAK 25 : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan .


Standar akuntansi keuangan yang terkait dengan kerjasama dengan pihak lain.
PSAK 4 : Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri
PSAK 12 : Bagian Partisipasi Dalam Ventura Bersama
PSAK 15 : Investasi Pada Entitas Asosiasi
PSAK 22 : Kombinasi Bisnis.
Standar Akutansi terkait dengan Aset
PSAK 19 : Aset Tak Berwujud
PSAK 23 : Pendapatan
PSAK 48 : Penurunan Nilai Aset
ISAK 10 : Program Loyalitas Pelanggan
ISAK 12 : Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer
ISAK 14 : Aset Tidak Berwujud Biaya Situs Web.
PSAK 57 : Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi
PSAK 58 : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasional yang Dihentikan
ISAK 9 : Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purna Operasi, Restorasi dan Liabilitas Serupa
ISAK 11 : Distribusi Aset Non Kas Kepada Pemilik.

Kasus:

Komite Basel diatur untuk mengungkap rasio leverage forum proposal pada bulan Desember sebagai sarana untuk menghambat pertumbuhan berlebihan neraca bank. Tetapi manajer risiko memperingatkan risiko proposal tingkat un menciptakan lapangan bermain antara AS dan bank-bank Eropa karena perbedaan dalam perlakuan akuntansi. Joel Clark laporan

Hubungan yang genting antara regulator dan akuntan telah dibawa ke dalam fokus tajam tahun ini, sebagai badan pengatur telah meronta-ronta keluar 1 perubahan besar pengawasan bank dalam menanggapi krisis keuangan. Proposal reformasi telah bertentangan dengan standar akuntansi di beberapa daerah, dan penentu standar telah terdorong untuk membuat perubahan besar aturan mereka - dari model-model baru untuk pinjaman-rugi yang adil ketentuan-nilai akuntansi dan perlakuan terhadap off-balance-sheet instrumen. Tapi papan standar akuntansi telah menunjukkan sedikit antusiasme untuk melakukan perubahan untuk mengakomodasi rasio leverage, landasan dari paket reformasi, memaksa regulator untuk memikirkan kembali bagaimana harus dihitung.

Gagasan tentang rasio leverage bukanlah hal baru. Telah digunakan selama bertahun-tahun di AS dan Kanada dalam upaya untuk membatasi kenaikan berlebihan aset relatif terhadap modal. Pada Desember 2008, otoritas Swiss juga memutuskan untuk memperkenalkan minimum rasio leverage untuk mencegah membangun masa depan-atas pengaruh pada neraca dari Credit Suisse dan UBS, ditetapkan untuk menjadi mengikat pada tahun 2013 (Risiko Mei 2009 halaman 57-591) · Dan pada bulan Desember, Basel Committee on Banking Supervision adalah karena menerbitkan proposal awal minimum rasio leverage untuk diterapkan secara internasional sebagai bagian dari reformasi Basel II.

Set terhadap beban risiko kompleks diabadikan dalam Basel II, penerapan rasio leverage dalam satu negara yang cukup sederhana. Di AS, perusahaan holding "bank Tier membagi modal saya disesuaikan dengan total aset (tidak termasuk off-balance-sheet instrumen). Rasio minimum 3% diperlukan untuk lembaga-lembaga tersebut dianggap kuat, dan 4% minimum yang diperlukan untuk semua orang lain. Swiss adalah merencanakan luas ukuran yang sama, sementara bank Kanada dapat menahan aset tidak lebih dari 20 kali modal, atau 23 kali jika persetujuan diberikan oleh Kantor Inspektur Lembaga Keuangan.

Tetapi ketika rasio leverage yang diterapkan secara internasional, yang tampaknya ukuran sederhana tiba-tiba menjadi lebih rumit, terutama karena standar akuntansi. Berbagai perbedaan antara US Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) dan Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS), yang diterapkan di seluruh Eropa, berarti neraca di kedua sisi Atlantik dilaporkan dalam cara yang berbeda. Untuk satu hal, IFRS mengambil garis ketat dari US GAAP pada konsolidasi off-balance-sheet instrumen. IFRS juga mensyaratkan bahwa mayoritas derivatif dan perjanjian pembelian kembali dinyatakan di neraca pada nilai kotor mereka, sementara US GAAP memungkinkan mereka untuk menjadi jaring off melawan satu sama lain. Papan dua standar juga mengambil jalur yang sangat berbeda pada pengukuran instrumen keuangan, dengan AS Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) mendorong untuk semua instrumen yang akan diadakan di nilai wajar dan yang berbasis di London Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) mengejar model pengukuran campuran di mana beberapa instrumen yang diadakan di biaya diamortisasi.

Perbedaan antara kedua standar tidak hanya mempengaruhi ukuran neraca - jumlah aset yang dimiliki oleh bank-bank IFRS pelaporan bawah muncul jauh lebih besar - tapi akan juga berarti rasio leverage bisa terlihat sangat berbeda tergantung pada apakah neraca itu disiapkan di bawah IFRS atau US GAAP.

Sejauh Oktober 2002, FASB dan IASB menandatangani nota kesepahaman untuk membawa dua set peraturan lebih dekat bersama-sama. Tetapi laju konvergensi telah lambat, dan sementara krisis keuangan telah mendorong perubahan kepada kedua standar, itu juga menyoroti perbedaan-perbedaan yang terus-menerus antara dua papan pada isu-isu penting seperti akuntansi nilai wajar.

Badan politik harus tetap mendorong untuk mempercepat laju konvergensi, merasakan efek perbedaan mengalami pada alat pengatur muncul seperti rasio leverage. Setelah pertemuan mereka di Pittsburgh on August 24-25, Kelompok dari 20 pemimpin meminta papan untuk menyelesaikan proses konvergensi pada bulan Juni 2011.

Akuntan tetap tegas, bagaimanapun, bahwa setiap konvergensi dalam standar seharusnya untuk tujuan yang lebih baik, lebih transparan account dan tidak boleh dirancang untuk mengakomodasi peraturan baru. "Akuntansi selalu digunakan sebagai kambing hitam - jika Anda tidak bisa menyalahkan seseorang, menyalahkan standar akuntansi. Tapi bagi saya, yang bertentangan dengan peraturan butir," berpendapat John Smith, anggota dewan pada IASB di London. "Regulator perlu bertanya apakah kerangka akuntansi menyediakan informasi yang cukup untuk memahami risiko, dan jika tidak, mereka perlu untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Oleh kebajikan kewenangan mereka, regulator bisa mendapatkan informasi yang mereka inginkan dari sebuah bank."

Penyesuaian

Mengingat saat ini perbedaan antara dua kerangka kerja akuntansi, para arsitek dari rasio leverage di Komite Basel tidak dapat cukup yakin akan tercapai konvergensi segera cukup untuk memungkinkan rasio leverage untuk diterapkan secara konsisten pada kedua IFRS dan US GAAP neraca. Akibatnya, mereka mempertimbangkan penyesuaian apa yang perlu dilakukan untuk memastikan rasio sebanding secara internasional.

Perbedaan utama antara kedua standar telah pengobatan off-balance-sheet instrumen, termasuk kendaraan specialpurpose (SPVs). Secara tradisional, IFRS telah mengambil jalur yang lebih ketat dari US GAAP untuk memastikan kendaraan tersebut dikonsolidasikan pada neraca, berarti akan ada perbedaan yang signifikan dalam aset bruto dan rasio leverage AS dan perusahaan-perusahaan Eropa.

Meskipun kekhawatiran seperti itu akan berlaku jika rasio leverage itu harus diterapkan hari ini, sekarang tampaknya isu akan diselesaikan oleh rasio waktu benar-benar menjadi mengikat. On June 12, FASB menyatakan akan meminta SPVs disimpan pada neraca di AS dari 2010 (Risiko Agustus 2009, halaman 72-742).

Yang jauh lebih mengkhawatirkan masalah bagi Komite Basel, regulator dan industri nasional peserta sama-sama adalah perlakuan akuntansi untuk derivatif. Sementara US GAAP memungkinkan derivatif, perjanjian pembelian kembali perjanjian pembelian kembali dan sebaliknya akan diperhitungkan dengan satu sama lain, IFRS hanya memungkinkan offsetting jika lembaga baik kemampuan dan niat untuk menyelesaikan bersih. Karena derivatif sering membawa nilai-nilai nosional sangat tinggi, perbedaan dalam ukuran neraca aset bisa sangat signifikan. Secara khusus, sebuah rasio leverage akan jauh lebih tinggi untuk sebuah bank Eropa bila dibandingkan dengan perusahaan Amerika, walaupun leverage yang sebenarnya tidak benar-benar akan ada lebih tinggi.

"Netting adalah masalah terbesar dalam hubungannya dengan rasio leverage sebagai dampak yang besar - apapun perbedaan halus dalam neraca bank yang tercermin dalam rasio leverage pucat menjadi tidak penting," kata Pauline Wallace, kepala praktik instrumen keuangan global di PricewaterhouseCoopers (PwC) di London.

Satu bank ke bank telah dipengaruhi oleh perbedaan turunan Deutsche Bank, yang meskipun berbasis di Jerman, dan pesaing beroperasi di AS dan juga sangat aktif dalam derivatif. Pada tahun 2007, bank Eropa yang diamanatkan oleh undang-undang untuk bergerak dari US GAAP ke IFRS, mengakibatkan inflasi dalam neracanya. Dalam kuartal kedua 2009 hasil, misalnya, Deutsche Bank menyatakan total aset yang euro1, 733 milyar pada sebuah dasar IFRS, dibandingkan dengan euro928 miliar di bawah US GAAP. Sebagai hasilnya, akan sangat menyesatkan untuk membandingkan Deutsche Bank neraca, apalagi dengan rasio leverage, dengan pesaing dari AS, berpendapat Hugo Bänziger, kepala petugas risiko pada Deutsche Bank di Frankfurt.

"Under IFRS, neraca kita adalah tak tertandingi dengan neraca AS, sehingga hanya akan menjadi salah patokan untuk menggunakan nomor ini untuk rasio leverage. Saya pikir regulator melihat kebutuhan untuk membuat penyesuaian untuk ini," katanya.

Komite Basel mungkin telah menyadari kebutuhan untuk mengatasi masalah derivatif, tapi belum menjelaskan bagaimana hal itu akan melakukannya. ' "Sama IHE rasio leverage bisa menjadi kendala di bawah IFRS ganda daripada di bawah US GAAP karena jala, jadi kita harus benar dan menyesuaikan perbedaan itu," Sylvie mengakui Mathérat, direktur stabilitas keuangan di Banque de France di Paris dan kursi tugas akuntansi berlaku pada Komite Basel. Dia menunjukkan dua kemungkinan pilihan: entah untuk menunggu konvergensi antara FASB dan IASB pada masalah derivatif, atau untuk regulator untuk membuat penyesuaian.

"Pilihan lainnya adalah untuk tidak menggunakan angka-angka akuntansi tetapi kehati-hatian menggunakan angka, yang dapat berarti jala kurang dan datang lebih dekat ke IFRS. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah selaras rasio yang akan sepenuhnya dibandingkan di kedua sisi Atlantik, meskipun tidak sebagai banyak kendala sebagai Basel II riskbased rasio, tetapi sebagai alat pelengkap dalam toolkit supervisor, "katanya.

Mengingat keengganan penentu standar akuntansi tentang masalah ini, tampaknya pilihan terakhir mungkin satu-satunya cara ke depan dalam waktu dekat. "Kami memiliki banyak instrumen keuangan untuk menyelesaikan masalah, tapi offset dan menguasai kelambu adalah jalan panjang ke bawah daftar. Regulator akan harus membiarkan satu sisi harus disesuaikan dan saya kira mereka akan lari ke masalah yang sama yang kami lakukan - standar AS ini ditulis untuk suatu jenis kontrak, cocok untuk kelambu, yang kami diberitahu tentu tidak bisa direplikasi di semua tempat yang berbeda IFRS digunakan, "ujar Wayne Upton, direktur kegiatan internasional di IASB di London .

Untuk menyelesaikan masalah jala dan memastikan rasio leverage yang berlaku secara internasional, Komite Basel harus turun di sisi baik IFRS atau US GAAP. Dalam merancang rasio leverage untuk kedua terbesar bank Swiss, Swiss Pengawas Pasar Keuangan Authority (Finma) menghadapi tantangan yang sama, seperti laporan Credit Suisse di bawah US GAAP dan UBS menggunakan IFRS. Solusi Finma adalah untuk memungkinkan UBS bersih turunannya eksposur untuk tujuan perbandingan, meskipun IFRS laporan di bawah, yang umumnya tidak akan membiarkan jala.

Beberapa akan mendukung pendekatan yang sama internasional. Meskipun harus hadir di bawah eksposur kotor IFRS, Deutsche Bank Bänziger adalah penganjur antusias US GAAP dan percaya bahwa kelambu derivatif yang jauh lebih jujur cerminan dari posisi bank. "Banyak orang percaya cara IFRS mencerminkan keseimbangan derivatif tidak memadai. Saya akan preferensi untuk US GAAP kelambu aturan karena mereka lebih mencerminkan realitas ekonomi, seperti dalam kasus kepailitan, hanya angka-angka bersih akan diperhitungkan," ia berpendapat.

Tetapi yang lain tidak setuju dan bersikeras sebuah rasio leverage harus didasarkan pada nilai-nilai bruto, dengan mengatakan bahwa kelambu memiliki potensi untuk menyembunyikan aset berbahaya dari kedua regulator dan investor. "Saya pikir kami mungkin sudah mulai dari yang salah anggapan bahwa kita perlu mengubah IFRS, tapi mungkin kita perlu melihat US GAAP," kata Ian Wright, direktur perusahaan pelaporan pada Laporan Keuangan Council (FRC), seorang penjaga akuntansi Londonbased . "Penyamaran Netting eksposur kotor, yang bisa menjadi indikasi yang lebih baik tentang bagaimana menghadapi risiko entitas adalah pasar jatuh. Apabila Anda percaya pada transparansi, itu lebih transparan jika Anda bisa lihat dalam neraca risiko bruto riil bank mengambil, alih-alih untuk melacak melalui perdagangan yang asli, yang mungkin dilaporkan bersih. "

Wright's preferensi untuk pendekatan bruto bergema oleh Mathérat, tetapi menurun Komite Basel untuk memberikan posisi resmi apakah lebih cenderung mendasarkan pada rasio leverage bruto atau nilai bersih derivatif. Mengingat pendapat yang kuat di kedua belah pihak, banyak perhatian akan dibayarkan kepada aspek ini proposal komite bulan depan.

Sementara masalah derivatif telah mengambil panggung pusat sampai sekarang, satu isu akuntansi lebih lanjut tentu saja dapat menimbulkan tantangan. Pada masa setelah krisis keuangan dan kritik luas fairvalue akuntansi di pasar likuid, baik IASB dan FASB adalah pembangunan kembali peraturan mereka tentang bagaimana instrumen keuangan harus diukur dan dilaksanakan pada tanggal neraca. Meskipun push menuju konvergensi, dua papan tetap bertentangan mengenai hal ini, dengan mendorong IASB untuk model pengukuran campuran di mana beberapa instrumen keuangan akan diselenggarakan pada nilai wajar dan lain-lain di diamortisasi biaya, dan mendorong FASB untuk semua instrumen yang akan diadakan di nilai wajar.

Komite Basel Meskipun tidak memiliki agenda isu ini dalam kaitannya dengan rasio leverage, beberapa orang percaya hal itu bisa menjadi hampir sama pentingnya dengan perawatan derivatif. "Hanya satu masalah besar - kelambu dari derivatif - keterbandingan mempengaruhi rasio leverage yang saat ini, tetapi ada dalam pipa lain. Jika IASB dan FASB mengadopsi pendekatan yang berbeda secara mendasar ini, Anda akan jauh lebih tinggi nilai-nilai aset US neraca selama booming dan menurunkan nilai aset selama resesi, "kata PwCs Wallace.

Terlepas dari perbedaan pendapat yang mendasar antara dua papan, masih belum jelas betapa berbedanya US GAAP dan IFRS pada akhirnya akan. The IASB menerbitkan sebuah draf eksposur detail model pengukuran yang dicampur pada 14 Juli, dengan tujuan penyelesaian standar untuk aplikasi opsional untuk akhir tahun 2009 rekening. Sebaliknya, FASB mengumumkan pada bulan Juli akan mendorong untuk semua instrumen keuangan yang akan diukur pada nilai wajar, tapi belum menghasilkan draf eksposur - pihaknya berencana untuk melakukannya hanya ketika juga telah mencapai kesimpulan tentang akuntansi lindung nilai dan gangguan (Risiko Agustus 2009, halaman 15 (3)).

Jika perbedaan antara dua papan yang adil-nilai akuntansi lakukan menjadi kenyataan, hal itu akan menjadi kekecewaan tidak hanya untuk G-20 politisi yang telah mendorong konvergensi, tetapi juga untuk Komite Basel. Di atas penyesuaian yang rumit itu harus sudah berkembang ke tingkat keluar perlakuan terhadap derivatif, akan juga harus memungkinkan penyesuaian pengukuran aset ketika bank menghitung rasio leverage. Untuk saat ini, komite hanya bisa berharap bahwa tidak akan diperlukan.

"Perubahan pada nilai wajar tentu bisa berpengaruh karena cara Anda mengukur aset memiliki dampak pada ukuran neraca - kita harus juga menyesuaikan bagi mereka perbedaan akuntansi di kalibrasi dari rasio leverage. Tapi aku benar-benar berharap reformasi instrumen keuangan adalah bagian dari proses konvergensi antara FASB dan IASB, dan bahwa mereka pergi dengan sesuatu yang mirip pada akhirnya, dengan mudah-mudahan tidak terlalu banyak nilai wajar, "kata Mathérat di Banque de France.

Kamis, 05 Januari 2012

TUGAS III ( Etika Profesional )

1. Mengapa suatu profesi memerlukan etika? jelaskan pendapat saudara!
=> Etika sangat diperlukan di dalam suatu profesi dikarenakan untuk menilai seseorang dalam memperlakukan orang lain itu baik atau buruk dan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat lain. serta mengetahui apakah orang itu mempunyai moral yang baik atau tidak.

2. Jelaskan 4 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi suatu profesi, berilah contoh !
=>
- Kredibilitas
Adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan.
contoh : seseorang karyawan yang mempunyai pekerjaan bagus & kreadibilitas yang tinggi akan cepat naik jabatan & diberikan kepercayaan kepada nya.

- Profesionalisme
Adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional.
contoh : seseorang karyawan harus bekerja secara profesionalisme. datang dengan tepat waktu dan dengan sigap . akan membuat dirinya dipakai terus diperusahaan dia bekerja.

- Kualitas Jasa
Adalah adanya keyakinan bahwa semua pelayanan yang diberikan pelaku sebuah profesi memenuhi standar kinerja yang tinggi.
contoh : perusahaan jasa seperti pencucian mobil atau Car Wash memberikan hasil pengerjaan yang sangat baik agar kualitas yang diberikan memuaskan pelanggan.

- Kepercayaan
Pemakai jasa harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika professional yang melandasi pemberian jasa.
contoh : sebuah perusahaan pengiriman barang akan menjaga barang dari klien dengan sangat hati - hati maka barang tersebut harus sampai dengan keadaan utuh dan tidak mengecewakan klien .